Pertanyaan:
Ada seseorang meminta pertolongan kepada selain Allah dan mengira bahwa dia waliyullah, apakah tanda-tanda waliyullah itu?
Jawaban:
Tanda-tanda kewalian dijelaskan oleh Allah di dalam firman-Nya:
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (Qs. Yunus:62-63)
Tanda-tanda kewalian adalah berimana kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya. Barang siapa yang beriman dan bertakwa kepada Allah, maka dia adalah walyullah. Sedangkan orang yang berbuat syirik, maka dia bukan waliyullah, melainkan musuh Allah seperti difirmankan-Nya:
“Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.”(Qs. Al-Baqarah:98)
Orang yang memohon kepada selain Allah atau memohon kepada sesuatu yang tidak kuasa mengabulkannya kecuali Allah, maka dia adalah musyrik, kafir dan bukan waliyullah walaupun dia mengaku demikian, bahkan anggapan bahwa dirinya wali tetap dia tidak bertauhid, tidak beriman dan tidak bertakwa adalah anggapan yang dusta dan bertentangan dengan tanda-tanda wali Allah (-editor).
Nasihat saya kepada saudara-saudara saya yang Muslim dalam masalah ini hendakalah mereka tidak tertipu oleh orang-orang yang mengaku wali itu dan hendaklah mereka tetap kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi yang shahih, hingga harapan, tawakkal, dan sandaran mereka hanya kepada Allah semata, sehingga mereka merasa aman, tenang, dan damai. Dengan begitu mereka bisa menyelamatkan harta mereka dari perampokan orang0orang yang bertindak khurafat itu. Dengan merujuk kepada Al-Kitab dan Sunnah, mereka akan terhindar dari keterpedayaan oleh diri mereka sendiri.
Kadang kita temukan, ada diantara manusia yang mengaku dirinya pemimpin atau wali. Jika anda merenungkan atau memikirkan apa yang mereka lakukan, anda dapati mereka jauh dari perwalian dan kepemimpinan. Wali yang sebenarnya tidak mungkin mengaku-aku bahwa dirinya wali, sebaliknya dia merasa enggan mendapatkan penghormatan, permuliaan dan sebagainya.
Tetapi Anda dapati dia beriman, bertakwa, menyembunyikan identitas, tidak menampakkan diri, tidak suka ketenaran, tidak ingin didatangi manusia, atau dijadikan sandaran, baik karena takut atau berharap. Jika ada seorang mengaku-aku sebagai wali hanya untuk mendapatkan kemuliaan dan kehormatan, menjadi tempat kembali dan tempat bergantung, maka sebenarnya, tindakan ini bertentangan dengan takwa dan perwalian.
Maka dari itu dijelaskan dalam hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang menuntut ilmu agar disanjung oleh orang-orang bodoh dan didekati para ulama atau agar menjadi pusat perhatian manusia, maka dia akan mendapatkan ancaman begini dan begitu.
Pernyataan ini diperkuat dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: ”Atau untuk memalingkan wajah manusia kepadanya.”
Orang0-orang yang mengaku bahwa dirinya wali dan berusaha memalingkan wajah manusia kepadanya, mereka adalah sejauh-jauh orang dari perwalian.
Nasihat saya kepada saudara-saudara saya yang Muslim agar mereka tidak terpedaya oleh orang-orang semacam itu dan hendaklah mereka kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya, dan hendaklah mereka menggantungkan cita-cita dan harapan mereka kepada Allah semata.
Sumber: Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji (Fatawa Arkanul islam), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Darul Falah, 2007
🔍 Jamaah Sholat Jumat, Doa Mau Adzan, Allahuma Lakasumtu, Cara Menghancurkan Santet, Anak Anak Penghuni Surga, Puasa Pengganti Ramadhan